PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI LUAR INDIA

PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI LUAR INDIA

Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di negara-negara lain selain India antara lain sebagai berikut.

1. Afghanistan

Di Afghanistan telah ditemukan arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez, afghanistan sekarang (Dargah Pir Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa tersebut menunjukkan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh masyarakat di Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.

Di Kampuchea saat ini terdapat taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks kuil-kuil yang terdiri dari angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi Hindu yang dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi hindu. Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh kawasan asia tenggara.

2. Filipina

Bukti-bukti pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti

tembaga laguna atau disebut juga keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah dokumen tertulis pertama ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada tahun 1989 oleh E. Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina. Prasasti tersebut bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak kata dari bahasa sanskerta, jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.

3. Mesir ( Afrika )

Sebuah prasasti dalam bentuk inskripsi yang berhasil digali di Mesir

berangka tahun 1280 SM. Isinya memuat perjanjian antara Raja Ramses II dan bangsa Hittite.

Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramses II dengan bangsa Hittite tersebut, Mattravaruna sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. hal ’’ancient history of the new east’’, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke-Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir di zaman purbakala mempergunakan nama-nama, seperti Ramses I, Ramses II, Ramses II, dan seterusnya. Kata ramses mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Dewa Wisnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara, Wisnulah yang menyelamatkan dunia ini dari ancaman keangkaramurkaan.

4. Meksiko

Meksiko terbilang negeri yang sangat jauh dari india. Masyarakat negeri ini dikatakan telah trbiasa merayakan sebuah hari raya pestaria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pestaria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama hindu. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Meksiko telah menghasilkan penemuan beberapa patung ganesa ( baron humbolt dan harlas sanda ’’hindu superiority’’, hal 151).

Penduduk zaman purbakala yang ada di daerah-daerah ’’Meksiko’’ adalah orang-orang Astika, yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata astika adalah sebuah istilah yang saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai salah ucapan dari kata Aztec.

Festival Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Meksiko dapat disamakan dengan percaya hari dussara atau Navaratri. Penemuan patung ganesa kita hubungkan dengan arca ganesa sebagai putra dewa siwa dalam mitologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Astec itu sendiri yang kebanyakan di antara mereka memiliki kepercayaan memuja dewa siwa.

5. Peru

Di sebelah barat-daya amerika latin terdapat negeri yang disebut dengan peru. Penduduknya melakukan pemujaan trhadap dewa matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa inca. Kata inca berasal dari kata ina yang berarti Matahari.

Soltis jatuh pada tanggal 21 juni dan 22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik bumi belahan utara ’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan dewa yadnya. Tanggal 22 desember matahari berada di titik bumi belahan selatan ’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yadnya. Dewa matahari menurut keyakinan umat hindu indonesia ’’bali’’ disebut Siwa Raditya =surya= matahari. Pemujaan kehadapan dewa matahari ’’surya raditya’’ terbiasa dilakukan oleh umat hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca di Peru.

6. Kota Kalifornia

Kalifornia adalah sebuah kota yang terdapat di amerika serikat. Nama kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata kapila aranya. Di kota kalifornia terdapat cagar alam taman gunung abu ’’ash mountain park’’ dan sebuah pulau kuda ’’horse island’’ di alaska, amerika utara.

Kita mengenal kisah dalam kitab purana tentang keberadaan raja segara dan enampuluh ribu putra-putranya yang dibakar habis hingga menjadi abu oleh maharsi kapila. Raja sagara memerintahkan putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra raja sagara, kuda yang di cari itu diketemukan di lokasi maharsi kapila sedang mengadakan tapa brata. Oleh karena kedatangan para putranya mengganggu proses tapa brata beliau, akhirnya maharsi kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.

Kata patala-loka memiliki arti negeri di balik india, yaitu benua amerika. Kata kalifornia memili kedekatan dengan kata kapila aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata dapat kita ketahui bahwa di amerika terdapat cagar alam taman gunung abu yang kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja sagara yang berjumlah enampuluhribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja sagara.

7. Australia

Penduduk negeri kanguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan siwa dance atau tarian siwa. Siwa dance adalah semacam tarian yang berlaku di antara penduduk asli Australia (spencer dan gillen ’’the native of central australia’’, halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa dance’’ menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.

8. Indonesia

Masuknya Agama Hindu di Indonesia

Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.

Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.

Mookerjee (ahli - India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.

Moens dan Bosch (ahli - Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.

Bersamaan dengan berkembangnya pengaruh agama Hindu ke seluruh dunia termasuk indonesia, terjadilah akulturasi antara kebudayaan asli indonesia dan kebudayaan india yang dijiwai oleh agama hindu. Pengaruh agama hindu. Dapat diterima oleh bangsa indonesia dengan damai. Dengan demikian, perkembangan agama hindu di indonesia menjadi subur dan bervariasi, sebagaimana bukti-bukti yang ada dan kita ketahui, seperti berikut.

1. Kutai

Kutai

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil . Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman

Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)

Maharaja Mulawarman

Maharaja Marawijaya Warman

Maharaja Gajayana Warman

Maharaja Tungga Warman

Maharaja Jayanaga Warman

Maharaja Nalasinga Warman

Maharaja Nala Parana Tungga

Maharaja Gadingga Warman Dewa

Maharaja Indra Warman Dewa

Maharaja Sangga Warman Dewa

Maharaja Candrawarman

Maharaja Sri Langka Dewa

Maharaja Guna Parana Dewa

Maharaja Wijaya Warman

Maharaja Sri Aji Dewa

Maharaja Mulia Putera

Maharaja Nala Pandita

Maharaja Indra Paruta Dewa

Maharaja Dharma Setia

Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sangsekerta.Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.

2. Kalimantan Selatan

1. Kerajaan Tanjung Puri

Sekitar abad ke 5-5 M di kalimantan selatan telah berdiri kerajaan tanjung puri sebagai pusat kolonisasi orang-orang Melayu yang berasal dari kerajaan sriwijaya. Kerajaan tanjung puri merupakan kerajaan tertua di kalimantan selatan. Kerajaan ini letaknya cukup strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya. Setelah itu berdiri kerajaan Negara Dipa yang dibangun perantau dari Jawa.

Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini. Untuk menyelamatkan, dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke arah laut di Muhara Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancuran total, bahkan dapat menata diri menjadi besar dengan nama Negara Daha dengan raja sebagai pemimpin utama. Negara Daha pada akhirnya mengalami kemunduran dengan munculnya perebutan kekuasaan yang berlangsung sejak Pangeran Samudra mengangkat senjata dari arah muara, selain juga mendirikan rumah bagi para patih yang berada di muara tersebut.

Pemimpin utama para patih bernama MASIH. Sementara tempat tinggal para MASIH dinamakan BANDARMASIH. Raden Samudra mendirikan istana di tepi sungai Kuwin untuk para patih MASIH tersebut. Kota ini kelak dinamakan BANJARMASIN, yaitu yang berasal dari kata BANDARMASIH.

Kerajaan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan maritim utama sampai akhir abad 18. Sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan keraton Banjar tahun 1612 oleh para raja Banjarmasin saat itu panembahan Marhum, pusat kerajaan dipindah ke Kayu Tangi, yang sekarang dikenal dengan kota Martapura.

2. Kerajaan Negara Dipa

Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan ini adalah pendahulu Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha terbentuk karena perpindahan ibukota kerajaan dari Amuntai (ibukota Negara-Dipa di hulu) ke Muhara Hulak (di hilir). Sejak masa pemerintahan Lambu Mangkurat wilayahnya terbentang dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting.

Kerajaan Negara Dipa memiliki daerah-daerah bawahan yang disebut Sakai, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Mantri Sakai. Sebuah pemerintahan Sakai kira-kira sama dengan pemerintahan lalawangan (distrik) pada masa Kesultanan Banjar. Salah satu negeri bawahan Kuripan adalah Negara Dipa. Menurut Hikayat Banjar, Negara Dipa merupakan sebuah negeri yang didirikan Ampu Jatmika yang berasal dari Keling. Menurut Veerbek (1889:10) Keling, propinsi Majapahit di barat daya Kediri.Menurut Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia, hal 401 dan 435, Empu Jamatka (maksudnya Ampu Jatmika) mendirikan pada tahun 1387, dia berasal dari Majapahit. Diduga Ampu Jatmika menjabat sebagai Sakai di Negara Dipa (situs Candi Laras)(Margasari). Ampu Jatmika bukanlah keturunan bangsawan dan juga bukan keturunan raja-raja Kuripan, tetapi kemudian dia berhasil menggantikan kedudukan raja Kuripan sebagai penguasa Kerajaan Kuripan yang wilayahnya lebih luas tersebut, tetapi walau demikian Ampu Jatmika tidak menyebut dirinya sebagai raja, tetapi hanya sebagai Penjabat Raja (pemangku). Penggantinya Lambung Mangkurat (Lembu Mangkurat) setelah bertapa di sungai berhasil memperoleh Putri Junjung Buih yang kemudian dijadikan Raja Putri di Negara Dipa. Raja Putri ini sengaja dipersiapkan sebagai jodoh bagi seorang Pangeran yang sengaja dijemput dari Majapahit yaitu Raden Putra yang kelak bergelar Pangeran Suryanata I. Keturunan Lambung Mangkurat dan keturunan mereka berdua inilah yang kelak sebagai raja-raja di Negara Dipa.

Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelum Kerajaan Negara Dipa. Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan) dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984)

Kerajaan Negara Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. Ibukota waktu itu berada di Candi Agung yang terletak di sekitar hulu sungai Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai Negara). Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.

3. Kerajaan Negara Daha

Kerajaan ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Daha di Jawa, yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Janggala.

Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan. Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan).

Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa.

Raja-raja Negara Daha antara lain:

1. Raden Sekarsungsang
2. Maharaja Sari Kaburangan
3. Maharaja Sukarama, kakek dari Sultan Suriansyah (Raja I dari KerajaanBanjar)
4. Maharaja Mangkubumi
5. Maharaja Tumenggung

4. Jawa Barat

Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Prasasti yang ditemukan

1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor

2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.

4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor

7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

5. Jawa Tengah

Suburnya perkembangan agama hindu di jawa tengah dapat kita ketahui dari ditemukannya prasasti tukmas. Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta dengan tipe tulisan berasal dari tahun 650 masehi. Prasasti tukmas memuat gambar-gambar atribut : dewa tri murti, seperti trisula lambang dewa siwa, kendi lambang dewa brahma, dan cakra lambang dewa wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan adanya sumber mata air yang jernih dan bersih yang dapat disamakan dengan sungai gangga.

Sumber berita cina berasal dari masa pemerintahan dinasti tang tahun 618-696 masehi. Dari berita cina dapat diketahui di jawa tengan telah berdiri kerajaan kaling yang pada tahun 674 masehi diperintah oleh raja perempuan bernama ratu sima yang memiliki sistem pemerintahan sangat jujur. Dikatakan ratu sima secara sengaja menaruh kantong berisi emas di tengah jalan dan tidak seorang pun berani menyentuhnya. Dalam kurun waktu 3 tahun secara kebetulan, kantong tersebut disentuh oleh kaki putranya. Hukuman mati dijatuhkan kepada putranya itu, namun setelah abdinya mengajukan permohonan hukuman potong kaki untuk putranya pun dilaksanakan. Selanjutnya menurut prasati canggal yang berangka tahun 732 masehi menyebutkan bahwa raja sanjaya mendirikan lingga sebagai tempat pemujaan siwa bertempat di sebuah bukit kunjarakunja. Di gunung wukir terdapat candi induk dengan 3 buah candi perwara.di dalam candi induk terdapat yoni sebagai alas lingga. Raja sanjaya adalah putra raja sanaha, saudara perempuan dari ratu sima. Sanjaya adalah pendiri kerajaan mataram di jawa tengah.

Berdasarkan penuturan sejarah jawa tengah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada mas pemerintahan raja-raja masa itu telah berkambang ajaran agama hindu dengan baik.

6. Jawa Timur

Keberadaan kerajaan kanjuruan dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan untuk mengetahui perkembangan agama hindu di jawa timur. Prasasti dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan perkembangan agama hidu di jawa timur. Prasasti dinoyo ditulis mempergunakan huruf kawi dengan bahasa sanskerta menuliskan angka tahun 760 masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8 M raja di kanjuruan bernama simha. Beliau memiliki putra yan bernama limwa, setelah menggantikan ayahnya sebagai raja, beliau bergelar gajayana. Raja gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk memuliakan maharsi agastya. Arca maharsi agastya pada mulanya terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan arca batu hitam.

Peresmian arca maharsi agastya dilaksanakan pada tahun 760 M. Pelaksanaan upacaranya dipimpin oleh para pendeta ahli weda. Pada saat itu pula, raja gajayana dikisahkan menghadiahkan tanah, lembu, dan bangunan untuk para brahmana dan para tamu. Dinyatakan bahwa salah satu bentuk bangunan itu berasal dari zaman kerajaan kanjuruan adalah candi badut. Di dalam prasasti dinoyo juga dituliskan tentang perjalanan maharsi agastya dari india menuju indonesia untuk menyebarkan dan mengajarkan agama hindu.

Selanjutnya, perkembangan agama hindu di jawa timur dapat kita ketahui dari berdirinya dinasti isyanawamca yang berkuasa tahun 929-947 Masehi. Dinasti in diperintahkan oleh Mpu sendok, yang mempergunakan gelar ”sri maharaja takehino sri isyana wikramadharmotunggadewa”. Mpu sendok digantikan oleh anak permpuannya yan bernama sri isyana tunggawijaya. Isyana tunggawijaya berarti raja yang yang menuliskan pemujaan ke hadapan dewa siwa. Setelah kekuasaan isyana tunggawijaya berakhir, pengganti selanjutnya adalah makutawangsawardana yang mempunyai seorang putri bernama mahendradatta. Mahendradatta bersuamikan raja udayana dari bali. Pengganti makutawangsawardana adalah dharmawangsa. Setelah dharmawangsa, kekuasaan dilanjutkan oleh airlangga. Raja airlangga dinobatkan sebagai pengganti raja dharmawangsa yang memerintah sampai tahun 1019 Masehi. Beliau bergelar ”sri maharaja rake halu sri lokeswara dharmawangsa airlangga anantawikramottungga dewa” yang dinobatkan oleh pendeta siwa dan budha. Raja airlangga setelah mengundurkan diri dari tahtanya, beliau wafat tahun 1049 Masehi dan dimakamkan di candi belahan. Airlangga diwujudkan sebagai dewa wisnu dengan arca wisnu duduk di atas garuda.

Banyak karya sastra bernapaskan ajaran agama hindu diterbitkan pada masa pemerintahan raja dharmawangsa, antara lain kitab purwadigama yang bersumber pada kitab manawa dharmasastra. Kitab negara kertagama, arjuna wiwaha, sutasoma, dan yang lainnya muncul pada masa kerajaan majapahit. Pada zaman ini juga dibangun berbagai macam candi, seperti candi penataran di blitar. Berdasarkan petunjuk peninggalan sejarah seperti tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan agama hindu di jawa timur sangat subur dan harmonis.

7. Bali

Keberadaan agama hindu di bali merupakan kelanjutan dari agama hindu yang berkembang di jawa. Agama hindu yang datang ke bali disertai oleh agama buddha. Dalam perkembangannya, kedua agama tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut dengan sinkritisme siwa – buddha. Sebelum pengaruh hindu berkembang di bali, masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan seperti berikut.

a. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.

b. Sistem kubur yang mempergunakan sarkofagus (peti mayat).

c. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.

d. Kepercayaan adanya penjelmaan (punarbawa).

e. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan perlindungan, petunjuk, sinar, dan tuntunan rohani kepada generasinya.

Demikianlah, sistem kepercayaan masyarakat bali sebelum pengaruh ajaran hindu datang ke bali. Sistem kepercayaan masyarakat bali tampak memiliki pola sangat sederhana. Setelah datangnya maharsi markhandeya di bali, pola kepercayaan yang sederhana itu kembali disempurnakan. Keterangan tentang maharsi markandeya menyebarkan pengaruh hindu di bali dapat diketahui melalui kitab makhandeya purana. Kitab tersebut menyatakan bahwa untuk pertama kalinya pengaruh hindu di bali disebarkan oleh maharsi markandeya. Beliau datang ke bali diperkirakan sekitar abad 4-5 Masehi melalui gunung semeru (Jawa Timur) menuju daerah gunung agung (tolangkir) dengan tujuan hendak membangun asrama atau penataran. Kedatangan beliau untuk pertama kalinya diikuti oleh 400 orang pengiring, namun dikisahkan kurang berhasil. Setelah pulang ke jawa, beliau kembali datang ke bali dengan pengiring sebanyak 2000 orang. Kedatangan beliau yang ke dua ini berhasil menanam panca datu di kaki gunung agung (besakih) sekarang. Di tempat inilah sekarang, pura besakih berdiri.

Selanjutnya dikisahkan bahwa maharsi markandeya berkehendak merambas hutan untuk dijadikan sawah guna meningkatkan kesejahteraan para pengiringnya. Hutan yang dirambas itu bernama desa sarwada sekarang bernama desa taro. Di desa sarwada inilah beliau mendirikan tempat suci yang bernam pura desa taro. Pada tempat suci, ini beliau meninggalkan sebuah prasasti yang isinya mengisahkan kebesaran jiwa maharsi markandeya. Selam menetap di bali, maharsi markandeya secara berangsur-angsur mulai meningkatkan kepercayaan masyarakat bali.

8. Nusa Tenggara Barat

Perkembangan agama hindu di nusa tenggara barat ( lombok) dapat kita ketahui dari perjalanan suci (dharmayatra) dang hyang nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan pangeran sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra hindu yang dapat kita pergunakan sebagai refrensi bahwa hindu pada masa itu telah berkembang sampai di nusa tenggara barat. Keberadaan agama hindu di NTB juga tidak lepas dari peran serta kekuasaan raja-raja karangasem pada masa itu.

Masyarakat sumbawa sampai saat ini masih mengenal sebutan tuan semeru. Nama tuan semeru adalah sebutan untuk dang hyang nirartha. Hal ini memberikan indikasi bahwa beliau pernah menyebarkan ajaran hindu ke daerah ini. Sekarang, keberadaan agama hindu di daerah ini dikembangkan kembali oleh transmigrasi asal bali.

Prasasti bendosari yang berangka tahun 1272 saka memuat kata-kata bhairawa, sora, dan budha. Prasasti ini diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan raja hayam wuruk di jawa. Hal ini memberikan indikasi bahwa raja hayam wuruk juga sebagai pemuja sakti, surya, dan buddha. R. Goris dalam bukunya sekte-sekte di bali menyebutkan bahwa agama hindu berkembang di bali dengan berbagai sekte. Disebutkan ada sembilan sekte yang mendominasi, antara lain sekte siwa siddhanata-pacupata-bhairawa-wesanawa-bodha/sogata-brahma-rsi-sora, dan ganesha. Keberadaan berbagai sekte tersebut sampai sekarang masih hidup dan berkembang serta lulu menyatu menjadi siwa-siddhanta.

2 komentar:

  1. agama Hindu berkembang dari abad ke 5 hingga 10

    BalasHapus
  2. perkembangan agama sejalan dengan perkembangan budaya dan budi pekerti, komentar juga ya di blog saya www.goocap.com

    BalasHapus